WahanaNews-Kalteng| Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengajak masyarakat untuk mengetahui dan memahami jalur evakuasi bencana melalui papan jalur evakuasi.
"Masyarakat harus memahami jalur evakuasi agar mereka bisa evakuasi diri ke tempat aman dengan cepat sehingga bisa selamat dari bencana yang tidak tahu kapan terjadi tapi cepat datangnya itu," kata Staf Operasional Sub Bidang Mitigasi gempa bumi dan Tsunami BMKG M Harvan di Labuan Bajo, Kamis (11/11).
Baca Juga:
BMKG Dorong Langkah Kolaboratif Atasi Perubahan Iklim di WWF 2024
Dia mengatakan, jalur atau evakuasi merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen bencana tsunami. Bencana tsunami akan terjadi dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, pengetahuan tentang jalur evakuasi akan membantu masyarakat dari lokasi mereka ke lokasi aman dalam waktu yang cukup singkat.
Saat melakukan aktivitas susur jalur evakuasi di beberapa titik jalan di Labuan Bajo, Harvan melihat ada beberapa hal yang perlu diperbaiki ke depan. Pertama, beberapa titik penting seperti tikungan dan persimpangan jalan belum memiliki papan informasi bencana dan papan penunjuk arah evakuasi. Ketiadaan papan tersebut akan mengakibatkan para pendatang atau turis kesulitan menuju tempat evakuasi sementara atau tempat evakuasi akhir,
Selanjutnya, ada titik kumpul yang belum memiliki papan informasi titik kumpul. Selain itu, tempat evakuasi sementara dinilai cukup jauh oleh beberapa warga yang rumahnya terlampau jauh.
Baca Juga:
BMKG: Gelombang Rendah di Merak-Bakauheni Selama Lebaran 2024
Atas beberapa catatan tersebut, Harvan berharap pemerintah daerah bisa menyediakan beberapa pilihan tempat evakuasi yang bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat. Dia juga berharap kegiatan serupa bisa direplikasi oleh pemangku kepentingan lain di Labuan Bajo guna penyebarluasan informasi terkait kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan tsunami.
"Kegiatan seperti susur jalur ini tidak boleh berhenti di sini saja. Pemerintah bisa kembali adakan kegiatan berikutnya sehingga masyarakat bisa melakukan upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana," jelas Harvan seperti dilansir dari Antara.
Berdasarkan sejarah, perairan Labuan Bajo di Manggarai Barat dan Komodo pernah mengalami dua kali tsunami, yaitu pada 28 November 1836 dan 14 April 1855.