WahanaNews-Kalteng | Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai Indonesia tergolong ulet dalam menghadapi krisis. Mulai dari krisis moneter pada 1997-1998 hingga yang terbaru yakni pandemi Covid-19.
"Apa yang disebut moral of the story, apa message dari itu (menghadapi krisis)? Dari sisi negara Indonesia adalah negara yang ulet," katanya dalam Persiapan Keberangkatan Angkatan 181 dan 182 Beasiswa LPDP di Jakarta, Selasa (15/3).
Baca Juga:
Menteri Keuangan Terima Kunjungan President of Global Development Gates Foundation
Sri Mulyani menyatakan, Indonesia tidak mudah pecah dan hancur karena adanya tekanan dan tantangan, mengingat pemerintah senantiasa melakukan reformasi untuk memperkuat pondasi negara.
Dia menjelaskan dalam 30 tahun terakhir Indonesia telah menghadapi krisis besar seperti krisis moneter pada 1997-1998 yang menimbulkan dampak luar biasa hingga ekonomi mengalami kontraksi 13 persen.
Saat krisis moneter, perbankan mengalami kebangkrutan sehingga pemerintah harus mengambil alih bank-bank yang harus ditutup dan menimbulkan biaya sangat besar.
Baca Juga:
Indonesia Tunjukkan Ketahanan Ekonomi dan Komitmen Masa Depan pada Peluncuran Survei Ekonomi OECD 2024
Perjalanan Indonesia dalam melalui krisis 1997-1998 menghasilkan banyak reformasi seperti Undang-Undang (UU) Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, UU BPK dan sebagainya.
Selain itu, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang terdampak krisis global pada 2008 namun pemerintah pun berhasil memanfaatkan momentum ini untuk melakukan reformasi.
"Pada 2008 dan 2009 saat krisis global kita melahirkan OJK sebagai badan pengawas keuangan industri keuangan," ujarnya.