WahanaNews-Kalteng | PT PLN (Persero) melakukan studi lapangan ke proyek smart grid dan High Voltage Direct Current (HVDC) di Zhangbei, China, dalam rangka penjajakan pengembangan sistem smart grid terintegrasi di tanah air.
Seperti diketahui, smart grid merupakan sistem jaringan tenaga listrik yang dilengkapi dengan teknologi informasi dan teknologi komunikasi canggih yang dapat memungkinkan sistem pengaturan tenaga listrik secara efisien.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Tak hanya itu, sistem smart grid menyediakan keandalan pasokan tenaga listrik yang tinggi, pemanfaatan sumber energi terbarukan dan memungkinkan partisipasi pelanggan dalam penyediaan tenaga listrik.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, studi yang dilakukan Perseroan ke China diharapkan menjadi langkah awal PLN membangun sistem interkoneksi antarpulau untuk pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dalam skala besar.
Ia melanjutkan, untuk membangun sistem interkoneksi antarpulau yang andal, Indonesia membutuhkan digitalisasi jaringan listrik dan pembangunan smart grid.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Melalui benchmarking ini PLN ingin melihat secara langsung operasionalisasi sistem smart grid yang terintegrasi dengan pembangkit angin, panel surya, battery storage, serta sistem HVDC dalam skala besar.
"PLN mengambil langkah agresif untuk pengembangan jaringan smart grid di tanah air," ucap Darmawan dalam keterangannya, Rabu (24/5/2023).
"Dari studi ini harapannya PLN dapat segera mengaplikasikan teknologi smart grid agar lebih optimal dalam menghadapi dinamika beban listrik dari sumber EBT yang beragam," sambungnya.
Darmawan juga menekankan pentingnya pengembangan teknologi HVDC yang dapat menghubungkan berbagai sumber EBT dan tersebar jauh dari pusat demand listrik.
PLN menargetkan pengembangan teknologi ini dapat menghubungkan berbagai sumber EBT dari banyak pulau bisa disalurkan dengan stabil dengan losses yang minimum.
"Pengembangan teknologi HVDC adalah salah satu kunci utama transisi energi di Indonesia. Karena kita memiliki banyak sekali potensi EBT yang tersebar di banyak tempat. Dengan teknologi ini, kendala tersebut bisa diatasi," tegas Darmawan.
Proyek smart grid dan High Voltage Direct Current di Zhangbei memiliki pembangkit angin berdaya 450 megawatt (MW), panel surya berdaya 100 MW dan dilengkapi sistem penyimpanan baterai sebesar 20 MW.
PLN melakukan kunjungan kerja ke China untuk menjajaki peluang kerja sama dengan perusahaan teknologi di China.
"Langkah ini juga sekaligus untuk mempercepat pengembangan EBT di Indonesia, memperkuat jaringan transmisi sistem kelistrikan serta mengakselerasi program transisi energi," pungkasnya.
[Redaktur: C. Sopian]