Kalteng.WahanaNews.co, Sampit - Kerusakan Jalan Mohammad Hatta, yang dikenal sebagai ruas lingkar selatan Sampit di Kabupaten Kotawaringin Timur, terus berulang, namun belum mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah sebagai pemilik kewenangan atas ruas jalan tersebut.
"Kita semua dirugikan dengan kerusakan jalan lingkar selatan ini. Jalan ini sudah membahayakan jika dipaksakan bagi kendaraan angkutan bermuatan, sementara ketika terpaksa melintasi jalan dalam kota, semua menyalahkan kami. Jadi harus seperti apa kami ini?" kata Syafi'i, seorang sopir di Sampit, Senin (15/7/2024).
Baca Juga:
Warga Sumedang Makan Bersama di Jalan yang Baru Diperbaiki Setelah 10 Tahun Rusak
Menurutnya, kerusakan saat ini sudah sangat parah. Dia berharap pemerintah segera memperbaikinya sehingga jalan itu kembali fungsional dan menjadi pilihan angkutan berat agar tidak lagi masuk ke dalam kota.
Harapan yang sama disampaikan sopir lainnya, Rijali. Menurutnya, banyak dampak yang merugikan akibat rusaknya ruas jalan lingkar selatan. Sopir, masyarakat dan daerah turut merasakan ketidaknyamanan akibat kondisi ini.
"Sopir jadi disalahkan, masyarakat dirugikan dan kegiatan ekonomi yang menyangkut angkutan juga jadi terganggu. Ini juga menyita waktu. Makanya kami berharap jalan lingkar selatan diperbaiki secara permanen dengan dicor," harap Rijali.
Baca Juga:
Telan Anggaran Rp12 Miliar, Jalan Rusak Ruas Gunungsitoli-Nias Utara Segera Diperbaiki
Jalan lingkar selatan Sampit membentang dari Bundaran Balanga Jalan Jenderal Sudirman hingga Bundaran KB Jalan HM Arsyad dengan panjang sekitar 7,7 meter.
Jalan ini dikhususkan untuk angkutan berat yang hendak menuju maupun dari Pelabuhan Bagendang, sehingga kendaraan berat tidak perlu masuk melintasi jalan dalam kota Sampit.
Jika berfungsi optimal, jalan ini sangat mendukung kegiatan ekonomi, khususnya bidang industri karena mempercepat mobilitas. Kendaraan angkutan yang hendak menuju wilayah barat bisa dengan mudah langsung menuju Jalan Jenderal Sudirman, sedangkan kendaraan menuju wilayah utara bisa melanjutkan perjalanan melalui Jalan Soekarno atau dikenal juga dengan sebutan ruas lingkar utara Sampit.
Ruas lingkar utara dan lingkar selatan diutamakan untuk kendaraan angkutan berat sehingga tidak perlu melintasi jalan dalam kota. Namun saat ini kondisi kedua ruas jalan itu berbeda karena ruas lingkar utara masih cukup mulus, sedangkan ruas lingkar selatan rusak parah di beberapa titik.
Padahal akses penting untuk mencapai Pelabuhan Bagendang bagi kendaraan angkutan adalah ruas lingkar selatan.
Pantauan kondisi di lapangan, saat ini kerusakan ruas lingkar selatan berada di sejumlah titik, khususnya di dekat Bundaran Balanga dan Bundaran KB.
Kondisi terparah terlihat di titik dekat Bundaran Balanga karena kubangan besar terdapat di beberapa titik dengan kedalaman ada yang hampir 50 centimeter.
Kondisi ini tidak hanya mengganggu kelancaran, tetapi juga membahayakan keselamatan. Truk tanpa muatan saja terlihat kesulitan saat melintasi kubangankubangan tersebut, sehingga tidak heran jika banyak truk yang membawa muatan minyak kelapa sawit atau CPO, sembako, bahan bangunan dan lainnya tidak berani mengambil risiko memaksakan melintasi jalan tersebut karena sangat rawan terbalik.
Kondisi itu yang menjadi alasan sebagian sopir sehingga masih nekat melewati jalan dalam kota meski sudah ada larangan. Mereka mengaku tidak ada pilihan, khususnya ketika sedang membawa muatan karena pertimbangan keselamatan.
Masuknya truk-truk dan kendaraan berat ke jalan-jalan dalam kota, menimbulkan dampak lain. Sudah beberapa kali terjadi kecelakaan, bahkan menimbulkan korban jiwa akibat insiden melibatkan truk maupun kendaraan berat lainnya.
Beberapa waktu lalu seorang pelajar SMA meninggal dunia setelah sepeda motornya ditabrak dari belakang oleh sebuah truk CPO saat korban bersama rekannya berhenti di lampu merah perempatan Jalan HM Arsyad-Pelita.
Kejadian lain, sudah beberapa kali palang gerbang pembatas di lampu merah perempatan Jalan HM Arsyad-Pelita rusak ditabrak kendaraan bermuatan alat berat yang melintas. Terbaru, insiden kembali terjadi pada Jumat (12/7/2024) malam lalu, gerbang tersebut kembali hancur akibat tersangkut alat berat yang diangkut melintas lokasi tersebut meski sudah dikawal mobil polisi.
Anas, salah seorang pengusaha mengatakan, ruas jalan lingkar selatan sudah dipopulerkan sebagai jalan khusus angkutan berat sejak masa pemerintahan Gubernur Suparmanto. Ini merupakan wujud perhatian dan keseriusan pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah saat itu mengembangkan Kotim, khususnya Pelabuhan Bagendang sebagai gerbang perekonomian provinsi ini.
Namun disayangkan kini kondisi ruas jalan lingkar selatan rusak parah. Selain itu, jalan HM Arsyad menuju Pelabuhan Bagendang yang juga merupakan kewenangan pemerintah provinsi, juga sebagian rusak.
Dia mengaku bertanya-tanya mengapa pemerintah provinsi belum juga memperbaiki ruas jalan lingkar selatan. Padahal sangat jelas keberadaan jalan ini vital sebagai bagian urat nadi perekonomian Kotim, bahkan juga bagi d daerah lain di Kalteng karena banyak pasokan barang dari luar pulau didatangkan melalui Pelabuhan Bagendang.
"Potensi sektor kepelabuhan di Kotim ini sangat besar dan bisa terus dikembangkan, tapi kerusakan jalan lingkar selatan ini menjadi kendala. Bingung juga saya. Kenapa jalan kita tidak diperbaiki dan dipelihara seperti jalan ke pelabuhan di Kobar," ujarnya.
Anas berharap, kondisi ini juga menjadikan perhatian pemerintah pusat. Harapannya agar perekonomian Kotim dan Kalteng semakin meningkat, khususnya melalui sektor kepelabuhan di Kotim.
Pemerintah pusat diharapkan memberi perhatian terhadap pengembangan potensi perekonomian di daerah. Apalagi seperti di Kotim, potensi perekonomiannya dinilai masih sangat besar untuk dikembangkan.
"Membangun tol di Pulau Jawa menghabiskan dana besar. Seharusnya perhatian serupa juga diberikan terhadap daerah. Contohnya terhadap Kotim yang membutuhkan peningkatan infrastruktur untuk meningkatkan laju perekonomian," harapnya.
Terkait kerusakan jalan lingkar selatan, pengusaha juga berkontribusi dalam merawatnya. Seperti pada September 2022 dan Desember 2023, penanganan darurat dilakukan oleh perusahaan dengan patungan material agregat B yang kemudian diratakan menggunakan alat berat milik Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotim. Namun karena hanya penanganan darurat, kini ruas jalan tersebut rusak lagi.
Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kotim, Mentana Dhinar Tistama sebelumnya mengatakan, usulan perbaikan Jalan Mohammad Hatta sudah disampaikan.
Dirinya juga sudah berkoordinasi dengan kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Tengah saat kunjungan ke Sampit mendampingi gubernur menyerahkan bantuan hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha lalu.
Dijelaskannya, pemerintah kabupaten harus berkoordinasi karena kewenangan terhadap jalan tersebut ada di tangan pemerintah provinsi. Pemerintah kabupaten juga berharap penanganan kerusakan ruas jalan tersebut mendapat prioritas dari pemerintah provinsi.
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Muhammad Kurniawan meminta perbaikan jalan lingkar selatan sudah seharusnya dilaksanakan karena sangat mendesak. Tidak sekadar untuk kelancaran kegiatan ekonomi, tetapi juga menyangkut keselamatan.
Hasil pantauannya di lapangan, kerusakan yang sangat parah sekitar 2 kilometer. Kurniawan berharap ini menjadi perhatian serius pemerintah provinsi untuk segera ditangani secara permanen menggunakan cor beton, maupun penanganan darurat oleh pemerintah kabupaten.
"Banyak truk besar dan angkutan masuk kota Sampit untuk melintas. Dampak yang dirasakan, jalan lebih cepat rusak, membahayakan pengguna jalan lain juga, dan terbaru traffic light ditabrak trailer yang mengangkut alat berat," demikian Kurniawan.
[Redaktur: Patria Simorangkir]