WahanaNews-Kalteng | Adian Napitupulu dikenal sebagai aktivis 98 hingga petarung sejati dalam dunia politik di Indonesia.
Gayanya yang santai, cuek dan humble sudah menjadi ciri khas tersendiri.
Baca Juga:
Adian Sebut PDIP Masih Kaji Peluang Ikut PKS Usung Anies di Pilkada Jakarta
Pria kelahiran Manado, 9 Januari 1971 ini memiliki nama lengkap Adian Yunus Yusak Napitupulu.
ia merupakan anak dari pasangan Ishak Parluhutan Napitupulu dan Soeparti Esther.
Ayahnya merupakan seorang pegawai negeri sipil di Kejaksaan Republik Indonesia, Ishak pernah menjadi Kepala Kejaksaan Negeri di sejumlah kota, di antaranya di Kotamobagu, Barabai, dan Kupang, Adian kecil pun ikut orang tuanya yang selalu berpindah tugas ke beberapa kota tersebut.
Baca Juga:
Buku Catatan Hasto PDIP Disita KPK, Adian Napitupulu Mengaku Heran
Ayahnya wafat pada tahun 1981 ketika ia bekerja di Kejaksaan Agung di Jakarta.
Adian menjadi anak yatim di umur sepuluh tahun ketika ayahnya meninggal dunia.
Adian menempuh sekolah dasarnya di SDN 01 Ciganjur, Jakarta dari tahun 1979 sampai 1985.
Lanjut ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 166 Jakarta dari 1985 hingga 1988.
Dan terakhir, ia tamat dari SMA Negeri 55 Jakarta dan tamat pada tahun 1991.
Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia pada tahun 1991, karena berbagai macam kegiatan aktivismenya, ia baru dapat menyelesaikan studi S1-nya tersebut pada tahun 2007.
Adian Napitupulu dulu dikenal sebagai seorang aktivis politik dan pergerakan mahasiswa dengan sebutan parlemen jalanan yang digagasnya.
Adian memiliki cukup banyak rekam jejak, pada tahun 1991, ia sempat ditangkap dan ditahan ketika menjadi buruh di sebuah pabrik kayu karena keterlibatannya dalam 5 kali demonstrasi dan mogok di pabrik.
Adian kemudian diberhentikan dengan tidak hormat pada tahun 1995 terpilih menjadi senat mahasiswa Uki dan melibatkan diri dalam berbagai pergerakan mahasiswa yang dilakukan pada masa itu.
Tercatat hadir mengikuti demonstrasi solidaritas terhadap Sri Bintang pamungkas yang membuatnya ditangkap dan diinterogasi oleh Polisi.
Akhir tahun 1996 Adian bersama rekan-rekannya membentuk Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) Jakarta.
Salah satu bantuan yang diberikan oleh lembaga ini adalah, pengorganisasian terhadap korban Sutet di Desa cibentang Baru Jawa Barat.
Pada tahun 1997 akibat aksi bantuan ini ia mendapat penganiayaan dari aparat.
Pada pemilu 1997 ia kembali mengalami penganiayaan akibat menolak paksa massa Golkar, untuk menunjukkan jari tengah dan telunjuk yang merupakan lambang Golkar Pada masa itu.
Beberapa minggu kemudian dia mulai berpindah-pindah dan tidak berkantor tetap di LBHN sebab kondisi politik yang tidak stabil kala itu.
Pada tahun 1998 Adian semakin diperhitungkan karena terlibat dalam pendirian komunitas mahasiswa se-jabodetabek bernama forum kota.
Organisasi ini berisi 16 kampus dan merupakan Dua organisasi mahasiswa pertama, yang menduduki gedung DPR MPR Senayan pada tanggal 18 Mei 1998.
Usai tumbangnya Orde Baru, Adian sering terlibat dalam berbagai gerakan serta aktifitas yang pro rakyat.
Pada tahun 2009 dia mendirikan organisasi Bendera atau benteng demokrasi rakyat bendera dikenal sebagai organisasi yang melakukan protes dan mogok makan sebagai bentuk solidaritas, atas nasib kaum buruh pada tahun 2012.
Berlalu namun menjadi perbincangan dunia
Pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 ia menjadi juru bicara, wajahnya yang semakin sering muncul di layar kaca televisi.
Di berbagai acara talk show dia selalu tampil garang membabat habis lawan lawan debatnya.
Narasi-narasi negatif dan tuduhan-tuduhan miring yang sering diarahkan ke Jokowi di tenggelamnya dalam fakta dan argumentasi yang lugas berkarakter seperti kebanyakan politisi berargumen.
Karena penampilannya yang all out itulah Adian makin dikenal dan dipuji banyak orang.
Popularitasnya yang kian melejit dan tentu saja kinerjanya juga banyak dipuji oleh banyak politisi lain, baik yang se PDIP maupun dari partai lain.
Yang paling menghebohkan, ketika Adian menolak ajakan Presiden Jokowi untuk menjadi menteri di dalam kabinetnya.
Adian mengaku murni mendukung Jokowi tanpa embel-embel dalam pemilihan pilpres 2019 lalu.
"Karena gue tidak merasa punya talenta di situ, ya kalau nggak mampu ya nggak mampu aja ngapain maksain diri," kata Adian.
Ia juga mengungkapkan bahwa masih ada hal yang lebih penting bagi dirinya, dibanding sekedar menjadi menteri.
Hal itu pula menjadi alasan lain mengapa ia menolak tawaran menteri dari Jokowi, gini loh maksudnya hidup itu nggak sekedar meraih jabatan dan harta.
"Ada yang lebih tinggi dan hartanya daripada itu dan menurut gue itu lebih penting buat gue,yang lebih penting menjalankan tugas kita sebagai manusia," tegasnya
Adian Napitupulu merupakan aktivis dan politikus berdarah Batak yang saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Adian lolos ke Senayan dari daerah pemilihan Jawa Barat 5 Kabupaten Bogor periode 2019-2024.
Ia menduduki posisi komisi I DPR RI yang mempunyai ruang lingkup di bidang pertahanan luar negeri komunikasi dan Informatika intelijen. [Ss]