Carney menilai saat ini banyak peluang pendanaan yang bisa dimanfaatkan khususnya oleh negara berkembang seperti Indonesia.
"Perlu ada langkah strategis dari semua pihak untuk bisa melakukan unlock capital yang saat ini ada," tambah Carney.
Baca Juga:
Di Hannover, PLN Ajak Siemens Energy Kembangkan Teknologi dan Kapasitas SDM Untuk Energi Bersih di Tanah Air
Standard Chartered Chief Executive Bill Winters juga menilai proyek transisi energi yang dilakukan PLN dan Indonesia saat ini mendapatkan respons positif dari dunia. Ia pun memastikan dukungannya kepada Indonesia atas rencana pengurangan emisi global.
"Kita sudah memetakan langkah apa saja yang bisa kita kerjasamakan. Perlu ada penguatan data potensi dan juga rencana perbaikan iklim investasi agar kita bisa mencapai misi bersama ini," ujar Winters.
Kepercayaan global terhadap proyek transisi energi di Indonesia sudah terjalin dari beberapa proyek EBT yang berlangsung. Seperti misalnya, keterlibatan Asian Development Bank (ADB) dalam beberapa proyek pengembangan pembangkit EBT di PLN.
Baca Juga:
Indonesia Berpotensi Kehilangan Dana Rp314 Triliun untuk Transisi Energi
Selain itu, PLN sempat mendapatkan dukungan pendanaan dari sindikasi tiga bank internasional yaitu Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale dan Standard Chartered Bank untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Cirata yang merupakan PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 MWAc.
PLN juga mendapatkan kucuran pendanaan senilai USD380 juta dari International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) yang merupakan bagian dari World Bank Group untuk proyek PLTA Upper Cisokan melalui skema Subsidiary Loan Agreement (SLA).
Selain itu pembangkit dengan kapasitas 1.040 MW ini direncanakan bakal didanai oleh Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) senilai USD 230 juta dalam bentuk co-financing dengan World Bank dengan skema serupa.[ss]