"Tantangan ketersediaan bahan baku kemudian gayung bersambut dengan langkah cepat teman teman Pertamina dan Krakatau Steel untuk bersama PLN menciptakan industri yang bisa memenuhi kebutuhan ini," ucapnya.
Menurut dia, dengan langkah akrobatik ini diharapkan bisa meningkatkan angka TKDN di industri trafo yang hanya di kisaran 30 persen hingga 40 persen.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Semula, angka ini sangat sulit untuk ditingkatkan menjadi lebih tinggi lagi, mengingat bahan baku utamanya yakni silicon steel dan minyak trafo, masih berasal dari luar negeri alias impor.
Sedangkan, masing-masing dari produk tersebut mengambil porsi 30 persen dari biaya produksi. Belum lagi masalah produsennya yang terbatas, yang di dunia ini untuk silicon steel hanya ada 10 pabrikan saja.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Sehingga dunia berebut untuk mendapatkannya dan mengakibatkan harga yang mahal, ketersediaan yang sangat terbatas. Dan untuk mendapatkannya harus inden 4 bulan hingga 6 bulan. Secara prinsip ekonomi, jika barang semakin langka dan sulit didapat, maka harganya akan lebih mahal.
"Silicon steel itu kami mendapatkan impor dari mitra-mitra kami, itu langka. Berebut karena produsennya sangat terbatas. Sudah berebut, dapatnya lama, karena jarang barangnya, harganya tinggi. Nah ini yang menyebabkan itu tadi," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Komersial PT Krakatau Steel Melati Sarnita mendukung program peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pemerintah untuk membantu para pelaku industri dalam negeri bisa bertumbuh.