ZA (Zwavelzure Amonium)
ZA mengandung 21% nitrogen dan 24% sulfur. Biasanya, pupuk ini digunakan sebagai pupuk dasar karena reaksi kerjanya yang agak lambat.
Jenis pupuk ini dapat menambah unsur hara pada tumbuhan, memperbaiki kualitas tumbuhan, menambah nilai gizi pada hasil panen, dan dapat membantu tumbuhan terhindar dari hama.
Baca Juga:
Limbah Jadi Berkah: PLN Bukit Asam Gandeng Karang Taruna Lawang Kidul Luncurkan Pupuk FABA FertAMax
SP-36 (Super Phosphate)
Pupuk ini terbuat dari campuran asam sulfat (belerang) dan fosfat alam. SP-36 digunakan petani untuk membuat tumbuhannya menghasilkan buah dalam jumlah yang lebih banyak.
Selain itu, varian pupuk ini pun bisa membantu memperbaiki kualitas biji, merangsang pembelahan tumbuhan, mempercepat pemasakan buah, menguatkan batang tumbuhan, dan memperbesar jaringan sel.
KCl (Kalium Klorida)
Terbuat dari ekstraksi mineral kalium dan mengandung 60% kalium K20, KCl memiliki bentuk layaknya serbuk merah. Ia mudah diserap oleh tumbuhan dan cocok digunakan sebagai pupuk dasar.
Baca Juga:
Wamentan Apresiasi Inovasi Pupuk Indonesia: Dorong Efisiensi dan Ketahanan Pangan
Namun beberapa tumbuhan menganggap unsur klorida yang dikandung KCl adalah racun, seperti wortel dan kentang.
NPK Phonska (Nitrogen Phosphate Kalium)
Pupuk ini berguna sebagai penyeimbang unsur hara dan mikro pada tanah.
NPK Phonska memiliki kelebihan, yaitu dapat mencegah tumbuhan supaya tidak kerdil. Selain itu, jenis pupuk ini mudah menyerap zat hara dalam tanah.