Sedari awal, suami dan anak-anak Yashenko telah mendesaknya untuk keluar dari Kyiv.
"Mereka ingin saya pergi, tapi saya tidak bisa meninggalkan rekan-rekan saya, saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan saya, saya tidak bisa meninggalkan bayi-bayi ini," kata dia.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Perempuan berusia 51 tahun itu mengaku akan tetap berada di dalam ruang bawah tanah hingga semuanya kembali normal.
Dampak perang terhadap bayi surogasi Disebutkan sebelumnya, orangtua kandung dari bayi-bayi surogasi itu hampir seluruhnya berasal dari negara lain yang saat ini kesulitan masuk ke Ukraina.
Akibatnya, kewarganegaraan bayi yang baru lahir itu menjadi tidak jelas. Begitu pula terkait pertanyaan siapa wali sah mereka, karena menurut hukum Ukraina, orangtua kandung mereka harus hadir untuk mengonfirmasi kewarganegaraan mereka.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Tidak diketahui juga soal kemungkinan para bayi yang terjebak ini untuk dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.
Meski orang tua kandung bayi-bayi tersebut tidak tahu bagaimana cara untuk bisa menjemput buah hati mereka, namun mereka diminta untuk tidak perlu khawatir karena anak-anak mereka dirawat dengan cinta, mendapatkan makanan, dan tercukupi segala apa yang dibutuhkan.
Kehamilan surogasi di Ukraina Untuk bisa menitipkan bakal bayi pada seorang ibu pengganti, orangtua biologis akan dikenai biaya sekitar 15.000 dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 214 juta. Ada 14 perusahaan di Ukraina yang menawarkan layanan hamil surogasi, termasuk BioTexCom, yang menjalankan pembibitan bawah tanah di Kyiv.