"Tanaman Porang ini tidak banyak diketahui orang manfaatnya tapi sebenarnya merupakan komoditas unggulan Jawa Timur karena hampir seratus persen diekspor," ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat mengunjungi dan bertemu dengan pembudidaya porang di wilayah hutan Desa Bendoasri, Kecamatan Rejoso, Nganjuk, sebagaimana dikutip Antara.
Di wilayah hutan tersebut budidaya porang dikelola oleh LMDH Artomoro dan Trimulyo di lahan seluas lebih dari 500 hektar.
Baca Juga:
Pemerintah Jawa Tengah Salurkan CPPD: 1.000 Warga Karanganyar Dibantu
Ketua LMDH Artomoro Rianto saat dikonfirmasi bahkan mengaku tidak tahu kalau hasil budi dayanya yang perhektar bisa menghasilkan sebanyak 15 ton porang selama ini menjadi komoditas ekspor.
Gubernur Khofifah berjanji akan menggandeng tim ahli dari Universitas Brawijaya, Malang, untuk melakukan penelitian demi meningkatkan produktifitas budidaya porang.
"Saya ingin Universitas Brawijaya menurunkan tim untuk melakukan kajian khusus untuk meningkatkan budidaya porang sehingga berbagai permasalahan yang selama ini dilami petani bisa diatasi dengan baik," ujarnya.
Baca Juga:
Masyarakat Arab Saudi Minati Produk Porang Indonesia
Mantan Menteri Sosial ini juga mengingatkan agar jangan sampai bibit tanaman porang bisa sampai lepas ke luar negeri. "Jangan sampai bibitnya ditanam di luar negeri dan malah negara lain yang berhasil mengembangkan budidaya porang," tuturnya.
Budidaya tanaman Porang juga dilakukan oleh masyarakat di sela-sela hutan jati yang diwenangi Perum Perhutani Unit II Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Madiun, Jawa Timur (Jatim).
Pengakuan itu disampaikan Suyatno, Ketua Masyarakat Pengelola Sumberdaya Hutan (MPSDH) Wono Lestari yang masuk dalam Resor Pemangku Hutan (RPH) Panggung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Dagangan, Kabupaten Madiun, Kamis, saat kunjungan lapangan sejumlah wartawan yang difasilitasi "The Global Forest and Trade Work" (GFTN) WWF Indonesia.