“Keberadaan stok air ini sangat penting karena ketika api muncul, kita tidak kesulitan mencari sumber air untuk memadamkan,” tambahnya.
Ia menjelaskan pembangunan sekat kanal sudah dilakukan masyarakat sejak lama, namun metode yang digunakan dahulu berbeda, sebelumnya hanya memanfaatkan peralatan sederhana tanpa konstruksi yang kuat seperti sekarang.
Baca Juga:
Pemkot Bandung Usut Penyebab Banjir, Erwin: Ini Hak Publik yang Disalahgunakan
“Sebelumnya masyarakat hanya menggunakan alat seadanya, seperti terpal untuk menutup aliran air. Sekarang bahan yang digunakan lebih kuat dan kokoh dengan menggunakan kayu dan papan,” ujarnya.
Perbedaan bahan tersebut, kata Sarianto, membuat sekat kanal sekarang lebih efektif dalam mempertahankan air dan menjaga kualitas lahan gambut.
Menggunakan konstruksi yang lebih baik, maka manfaatnya bisa dirasakan untuk jangka panjang. Sarianto juga berharap kesadaran masyarakat terus meningkat dalam menjaga kawasan gambut melalui pembangunan sekat kanal demi kelestarian lingkungan dan pencegahan kebakaran hutan berkelanjutan.
Baca Juga:
DLH Kalimantan Tengah Tegaskan Komitmen Dukung Pengelolaan Sampah di Pulang Pisau
“Sesuai program Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (KPSHK), tujuan utamanya adalah melestarikan gambut. Ini bukan hanya untuk saat ini, tetapi untuk generasi mendatang,” demikian Sarianto.
[Redaktur: Patria Simorangkir]