Pengukuran tersebut, dikombinasikan dengan data seismik lainnya dari stasiun pemantauan lokal, untuk mengungkapkan bagaimana celah di lempeng tektonik yang turun hampir 100 kilometer di bawah Patagonia telah memungkinkan material mantel yang lebih panas dan kurang kental mengalir di bawah benua.
Jika perkiraan para peneliti benar, viskositas yang lebih rendah dari biasanya di mantel di bawah bidang es Patagonia ini, dapat mempercepat pengangkatan benua yang terkait dengan pencairan es hingga beberapa dekade atau abad.
Baca Juga:
Salju Abadi di Dekat Puncak Papua Jaya Cepat Menyusut, Temuan BMKG Bikin Ngeri
"Viskositas rendah berarti bahwa mantel merespons deglaciation pada skala waktu puluhan tahun, bukan ribuan tahun, seperti yang kita amati di Kanada misalnya," kata seismolog Douglas Wiens dari Washington University di St Louis.
"Ini menjelaskan mengapa GPS mengukur pengangkatan besar karena hilangnya massa es (di Patagonia)," ujarnya.
Di sekitar dan di dalam pembukaan tektonik, seismolog University of Washington Douglas Weins, Mark, dan rekannya juga mendeteksi kecepatan seismik yang sangat lambat, sekitar 8% lebih lambat dari rata-rata global.
Baca Juga:
Beberapa Gletser di Dunia Terancam Hilang pada 2050
Anomali ini menunjukkan suhu mantel yang lebih hangat yang kemungkinan secara termal mengikis litosfer di atasnya yang menipis di bawah bidang es yang menyusut.
Kecepatan mantel yang dangkal dan lambat serta kerak yang menipis telah terdeteksi di bawah bagian Antartika sebelumnya.
Meskipun penelitian sebelumnya memperkirakan pengangkatan Patagonia akan mencapai puncaknya di sekitar laju saat ini, perkiraan kecepatan mantel tidak pasti dan sensitif terhadap suhu mantel.