Dia menyampaikan, Rusia telah dipaksa untuk mengambil tindakan tegas untuk memaksa demiliterisasi Ukraina, daripada hanya mengakui kemerdekaan daerah yang memisahkan diri.
Pevkov menyebut upaya ini bertujuan untuk melindungi 3 juta penduduk berbahasa Rusia di republik-republik tersebut, yang katanya sedang diancam oleh 100.000 tentara Ukraina.
Baca Juga:
Bom Truk Koyak Jembatan Krimea, Tiga Orang Tewas
"Kami tidak bisa begitu saja mengenali mereka. Apa yang akan kami lakukan dengan 100.000 tentara yang berdiri di perbatasan Donetsk dan Lugansk yang dapat menyerang kapan saja. Mereka selalu membawa senjata AS dan Inggris," katanya.
Menjelang invasi Rusia, Ukraina berulang kali dan dengan tegas membantah pernyataan Moskwa bahwa pihaknya akan melakukan serangan untuk merebut kembali wilayah separatis dengan paksa.
Peskov mengatakan situasi di Ukraina telah menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar bagi keamanan Rusia daripada yang terjadi pada tahun 2014, ketika Rusia juga telah mengumpulkan 150.000 tentara di perbatasannya dengan Ukraina, memicu kekhawatiran akan invasi Rusia, tetapi membatasi tindakannya pada pencaplokan wilayah Crimea.
Baca Juga:
Soal Dialog Damai, Zelensky Minta Rusia Ganti Presiden Dulu
“Sejak itu situasinya memburuk bagi kami. Pada 2014, mereka mulai memasok senjata ke Ukraina dan mempersiapkan tentara untuk NATO, membawanya sesuai dengan standar NATO,” katanya.
"Pada akhirnya yang menjadi keseimbangan adalah kehidupan 3 juta orang di Donbass ini. Kami mengerti bahwa mereka akan diserang," ungkap Peskov.
Peskov mengatakan Rusia juga harus bertindak dalam menghadapi ancaman yang dirasakannya dari NATO, dengan mengatakan itu "hanya masalah waktu" sebelum aliansi itu menempatkan rudal di Ukraina seperti yang terjadi di Polandia dan Rumania.